JATENGKU.COM, DEMAK — Para nelayan di pesisir Bonang, Demak menyambut rencana pembentukan Koperasi Merah Putih dengan antusias, namun tetap menyimpan sikap waspada.

Bagi mereka, koperasi bisa menjadi solusi dari berbagai tantangan ekonomi yang selama ini membelit kehidupan masyarakat pesisir selama dijalankan secara amanah dan berpihak pada kepentingan nelayan.

Mayoritas nelayan di kawasan ini telah menekuni profesi melaut sejak usia muda, sebagian bahkan sejak lulus SD atau SMP. Mereka menggantungkan hidup pada hasil laut yang kemudian dijual melalui mekanisme lelang di Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Namun, mereka juga tak asing dengan cuaca ekstrem yang memaksa mereka berhenti melaut, tanpa penghasilan alternatif.

“Yang paling berat itu kalau musim hujan dan gelombang besar. Nggak bisa melaut, ya nggak ada penghasilan,”Mas Waidi, nelayan desa Purworejo. Hujan badai dan gelombang menjadi tantangan terbesar selama mereka berlayar.

Ketika dikonfirmasi terkait rencana koperasi baru yang digagas di wilayah mereka, mayoritas nelayan menyambut baik, selama sistemnya transparan dan pengurusnya dapat dipercaya.

Ketika ditanya mengenai pendapat mereka tentang rencana pendirian Koperasi Merah Putih, para nelayan menyambutnya dengan antusias, namun tetap berhati-hati. Bagi mereka, koperasi bisa menjadi angin segar bila dijalankan secara jujur dan amanah.

“Kalau pengurus dan pengawasnya bisa dipercaya, bijak, dan mikirin rakyat, insya Allah koperasi ini bisa bantu kami. Bisa jadi tempat kami jual hasil, pinjam modal, atau dapat bantuan alat tangkap.”

Program Koperasi Merah Putih sendiri dirancang untuk memberikan berbagai layanan kepada nelayan, mulai dari akses modal usaha, alat tangkap, hingga opsi penjualan hasil tangkapan melalui Unit Usaha Koperasi Merah Putih. Namun, sistem ini harus mampu bersaing secara harga dengan mekanisme lelang yang telah lama menjadi pilihan utama para nelayan.

“Kami akan lihat dulu, harga di koperasi berapa. Kalau lebih menguntungkan dari lelang, tentu kami akan pilih koperasi. Tapi kalau harganya malah di bawah, ya kami pikir-pikir lagi,” kata Mas Waldi, nelayan desa Purworejo.

Sikap realistis ini mencerminkan pengalaman panjang para nelayan dengan program-program sebelumnya yang kerap terbengkalai karena lemahnya manajemen dan kurangnya akuntabilitas.

Meski demikian, semangat membangun dari bawah tetap ada. Masyarakat nelayan kini berharap agar koperasi ini tidak hanya jadi wacana sesaat, melainkan benar-benar lahir dari kebutuhan masyarakat, dikelola secara profesional, dan diawasi dengan mekanisme yang melibatkan komunitas secara aktif.

Dengan pemilihan pengurus yang bijak, transparansi operasional, dan fokus pada kesejahteraan anggota, Koperasi Merah Putih berpeluang menjadi tonggak penting dalam memperkuat ekonomi masyarakat pesisir.

Penulis: Tsara Firdaus

Editor: Handayat