“The best way to predict the future is to invent it.” – Alan Kay.
JATENGKU.COM, SEMARANG — Perubahan yang terjadi karena paksaan tidak akan bertahan lama, melainkan perubahan dapat terjadi apabila seseorang merasa teryakinkan bahwa perubahan tersebut memang penting.
Mahasiswa merupakan agen perubahan untuk masa depan yang lebih baik. Namun, pelaksanaan harus dilakukan secara partisipatif yang melibatkan banyak pihak. Termasuk dalam menyikapi volume sampah yang kian hari semakin pesat.
Berletak di belakang Sekolah Vokasi UNDIP, Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Universitas Diponegoro (TPST UNDIP) merupakan tempat pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah dari setiap fakultas di Universitas Diponegoro dengan daun kering sebagai penyumbang sampah volume terbanyak.
Menanggapi hal tersebut, seorang mahasiswa jurusan Teknik Kimia Universitas Diponegoro, Shafadevona Afifah, pada 26 November 2024, berinovasi membuat program kerja monodisiplin “Pembuatan Kertas dari Sampah Daun Kering (Kertas Daring)” pada KKN Tematik SDGs 2024: Optimalisasi TPST UNDIP, yaitu sebuah program kerja yang dilaksanakan sebagai bentuk dukungan terhadap program SDGs 12 (memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan secara global, dengan fokus pada efisiensi sumber daya, pengurangan limbah, dan promosi praktik-produksi yang ramah lingkungan).
Dengan memanfaatkan daun kering, pembuatan kertas ini membantu mengurangi limbah daun yang menumpuk, sekaligus menciptakan produk yang berguna dan memiliki nilai seni yang tinggi.
Kertas daun kering atau kertas daring adalah jenis kertas yang dibuat dengan menggunakan daun-daun kering sebagai bahan utama, baik secara langsung maupun melalui proses daur ulang. Kertas daring sering digunakan dalam berbagai aplikasi kreatif, seperti seni, kerajinan tangan, buku catatan, kartu pos, atau bahkan sebagai bahan untuk kemasan ramah lingkungan.

Pelaksanaan program kerja dilakukan bersama dengan tenaga kerja TPST UNDIP, yaitu supervisor, staff kantor, dan staff lapangan melalui demonstrasi dan menampilkan visualisasi tahapan pembuatan dengan poster edukasi.
Dimulai dengan mengumpulkan daun kering lalu pisahkan antara daun dan tulang daun, lalu panaskan air dalam panci di atas kompor dan masukkan daun kering ke dalam panci sembari ditambahkan sedikit soda api.
Matikan kompor saat daun sudah mulai melunak lalu tiriskan, selanjutnya lumatkan dengan blender yang didalamnya sudah diberi sedikit air, blender hingga adonan bertekstur seperti bubur.
Setelah daun sudah melumat dan beradonan seperti bubur, masukkan ke dalam wadah berisi seperempat air, lalu saring sari daun dengan alat pencetak kertas daur ulang.
Selanjutnya pindahkan kertas daur ulang ke media kain flannel dan tekan cetakan kertas secara perlahan menggunakan kain microfiber atau kanebo agar kandungan air berkurang lalu lepas cetakan secara perlahan dan keringkan di bawah sinar matahari. Jika sudah kering maka kertas daring siap digunakan.
Dalam pelaksanaannya, terlihat antusiasme dari tenaga kerja TPST dengan keterlibatan mereka dalam proses pembuatannya dan interaksi yang aktif.
Adapun output yang dihasilkan berupa produk kertas daring yang siap digunakan dan poster edukasi serta dokumentasi pada laman media sosial Instagram @kknt.tpstundip.
Melalui program ini diharapkan dapat membuka pandangan lain pada masyarakat luas bahwa sampah bukan hanya sekedar barang yang tidak dapat dipakai, melainkan dapat diolah menjadi sesuatu yang memiliki nilai guna baik dari segi ekonomi maupun aplikasi.
Hal ini bisa menjadi titik awal untuk perubahan kebiasaan sehari-hari dalam mengelola sampah di lingkungan rumah atau komunitas.
Penulis: Shafadevona Afifah (Mahasiswa Teknik Kimia, Universitas Diponegoro)