JATENGKU.COM, SURAKARTA — Memasuki kuartal kedua tahun 2025, masyarakat sudah dibuat resah oleh kondisi politik di Indonesia. Masyarakat dihadapkan dengan kebijakan PPN 12% yang mengakibatkan daya beli masyarakat menurun, kontroversi program makan siang gratis, hingga kasus BBM oplosan.

Kondisi pun makin memanas dengan adanya berita korupsi yang tiada henti oleh pejabat negara. Adanya masalah-masalah tersebut apa bisa masyarakat tidak resah dengan kondisi politik di Indonesia?

Masyarakat tidak hanya diam saat merasa resah akan kondisi politik yang mulai memanas tersebut. Masyarakat bersama mahasiswa melakukan aksi demonstrasi untuk melawan kebijakan-kebijakan yang merugikan masyarakat. Aksi tersebut pada dasarnya bertujuan agar para tetinggi sadar akan kebijakan-kebijakan yang mereka buat sangat egois dan merugikan masyarakat dibawahnya. Adanya aksi penolakan saja pemerintah masih terus menerus egois, apalagi jika tidak ada aksi perlawanan apapun.

Adanya artikel ini bertujuan agar masyarakat lebih kritis mengenai kondisi politik yang dihadapi saat ini karena masyarakat sekarang mengakses berita lebih banyak ditelepon genggam mereka. Artikel ini akan membahas pokok-pokok masalah yang telah dan tengah dihadapi masyarakat Indonesia. Selain itu, didalam artikel ini juga akan membahas bagaimana seharusnya anak muda sebagai pewaris bangsa menyikapi masalah ini.

Harapan Anak Muda

Anak muda di Indonesia terus menerus mewakili masyarakat melawan kebijakan-kebijakan pemerintah yang dirasa merugikan. Mereka berharap melalui aksi tersebut, suara-suara rintihan masyarakat dapat terdengar langsung oleh para tetinggi. Beberapa aksi yang telah dilakukan seringkali membuahkan hasil, namun juga seringkali hanya menjadi angin lalu oleh pemerintah.

Akhirnya anak muda mulai merasa pesimis terhadap kondisi pemerintahan negara Indonesia. Tidak hanya karena suara mereka tidak didengar oleh pemerintah saja yang mengakibatkan mereka pesimis, tetapi masih banyak penyebab lain yang mengakibatkan adanya rasa pesimis terhadap kondisi politik Indonesia.

Korupsi yang tiada henti dan penegakan hukum yang lemah

Masyarakat berharap setelah adanya presiden baru hukum di Indonesia menjadi lebih kuat, namun hal itu tidak terjadi sesuai harapan. Awal jabatan saja mulai terdengar isu-isu korupsi yang tiada hentinya.

Anak muda Indonesia memulai aksinya dengan harapan pemerintah dapat memberi sanksi yang berat kepada para koruptor. Harapan tersebut seringkali tidak sejalan dengan respon yang diberikan pemerintah. Penegakan hukum yang diberlakukan kepada koruptor belum transparan dan kurang memberi rasa jera kepada koruptor.

Minimnya Partisipasi Politik

Anak muda selalu melakukan aksi penolakan apabila ada isu-isu yang merugikan masyarakat. Aksi mereka namun sering tidak didengar oleh pemerintah. Hal tersebut mengakibatkan anak muda mulai merasa bahwa suara mereka tidak terlalu berpengaruh dalam politik.

Masih banyak anak muda yang tetap menyuarakan suara mereka untuk membantu masyarakat mendapat hak yang layak, namun tidak sedikit pula anak muda yang mulai pesimis suara mereka tidak berpengaruh.

Hal tersebut didukung dengan adanya survei terbaru ISEAS-Yusof Ishak Institute yang melibatkan anak muda dari negara ASEAN lain, yaitu Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina.

Survei tersebut menyatakan sebanyak 53,9% responden merasa situasi politik di Indonesia buruk. Angka tersebut merupakan tingkat ketidakpuasan yang paling tinggi diantara enam negara yang mengikuti survei.

Apabila anak muda terus menerus merasa pesimis terhadap kondisi politik Indonesia, maka akan mengakibatkan partisipasi politik menurun. Anak muda juga tidak akan tertarik untuk terlibat dalam bangku politik karena anak muda sudah mulai tidak ada harapan dengan majunya kondisi politik di Indonesia. Kebijakan publik pun juga akan mendapatkan dampaknya karena minimnya keterlibatan generasi muda dalam pengambilan keputusan.

Tindakan Membangun Kembali Optimisme Anak Muda

Sebenarnya anak muda Indonesia dulu optimis Indonesia akan maju menyusul negara maju lainnya. Namun, respon pemerintah yang seringkali tidak mendengar suara rakyat mengakibatkan munculnya rasa pesimis terhadap kondisi negara Indonesia. Apa bisa kita mengembalikan rasa optimis tersebut?

Rasa optimis generasi muda dapat meningkat bila pemerintah dapat mendengarkan suara rakyat dengan baik. Tidak hanya mendengarkan saja, namun juga melakukan tindakan yang sesuai dan tidak merugikan masyarakat.

Generasi muda juga perlu diberi ruang untuk terlibat dalam kebijakan publik untuk mencetak pemimpin muda yang berintegritas karena sejatinya generasi muda merupakan generasi penerus bangsa yang nantinya akan memimpin negara ini.

Rasa pesimis generasi muda dapat diatasi apabila pemerintah juga melakukan tindakan yang tidak merugikan rakyat. Harapannya pemerintah segera sadar akan pentingnya peran generasi muda bagi kemajuan negara, serta pemerintah mendengar rintihan-rintihan rakyat yang kesulitan menghadapi kebijakan egois yang mereka buat. Generasi muda juga berharap pemerintah dapat lebih tegas terhadap pelaku-pelaku yang merugikan negara.

Penulis: Nayla Putri Aryani, Mahasiswa Universitas Sebelas Maret

Editor: Handayat

Tag