JATENGKU.COM, SUKOHARJO – Rumah sehat bukan sekadar tempat berteduh, tetapi juga faktor penting dalam menjaga kesehatan dan kenyamanan penghuninya. Berangkat dari kesadaran tersebut, Salsabilla Remanda, mahasiswa jurusan Teknik Infrastruktur Sipil dan Perancangan Arsitektur Universitas Diponegoro yang sedang menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Pojok, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo, mengadakan program edukasi dengan judul “Edukasi Rumah Sehat dengan Sirkulasi dan Pencahayaan yang Baik serta Pemanfaatan Lahan Pekarangan Rumah.”
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya desain rumah yang mendukung kesehatan, terutama melalui sirkulasi udara yang baik, pencahayaan alami, serta pemanfaatan pekarangan sebagai ruang hijau.
Kegiatan ini diawali dengan sesi sosialisasi yang diadakan di Balai Desa Pojok, di mana warga dengan antusias menghadiri dan berdiskusi langsung mengenai masalah yang mereka hadapi terkait kondisi rumah mereka. Beberapa warga mengeluhkan rumah yang terasa pengap, kurangnya pencahayaan di siang hari, serta pekarangan yang belum dimanfaatkan secara optimal.
Dalam sesi ini, Salsabilla menjelaskan bahwa rumah dengan ventilasi yang buruk bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti gangguan pernapasan akibat kelembapan tinggi serta meningkatnya risiko penyakit akibat sirkulasi udara yang tidak optimal. Selain itu, kurangnya pencahayaan alami juga berdampak pada konsumsi energi yang tinggi dan suasana rumah yang cenderung lembap.
Tak hanya teori, kegiatan ini juga diisi dengan praktik langsung di rumah-rumah warga. Salsabilla bersama tim KKN membantu warga membuat ventilasi tambahan sederhana dengan mengoptimalkan bukaan jendela dan pintu untuk meningkatkan sirkulasi udara. Ia juga memberikan tips mengenai penggunaan material transparan seperti kaca atau roster untuk meningkatkan pencahayaan alami tanpa harus mengabaikan privasi.
Bagian yang paling menarik dari program ini adalah pemanfaatan lahan pekarangan rumah. Warga diajak untuk membuat kebun mini dengan menanam tanaman obat keluarga (TOGA), sayuran, dan tanaman hias yang tidak hanya mempercantik rumah, tetapi juga memberikan manfaat kesehatan dan ekonomi. Dengan menggunakan metode vertikultur dan pemanfaatan barang bekas seperti botol plastik serta pipa paralon, warga bisa memiliki kebun sederhana meskipun lahan yang tersedia terbatas.
Respon masyarakat terhadap program ini sangat positif. Banyak warga yang mengaku terinspirasi untuk memperbaiki ventilasi rumah mereka serta mulai menanam tanaman di pekarangan. Bahkan, beberapa warga mulai berinisiatif membuat taman kecil di depan rumah mereka sebagai ruang hijau yang asri dan nyaman.
“Selama ini, saya tidak terlalu memperhatikan pentingnya ventilasi dan pencahayaan. Setelah mengikuti kegiatan ini, saya jadi paham bahwa rumah sehat bisa dibuat dengan perubahan kecil yang sederhana,” ujar salah satu warga yang mengikuti program ini.
Dengan adanya edukasi ini, diharapkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya desain rumah yang sehat dan nyaman. Tak hanya itu, program ini juga menjadi bukti bahwa melalui langkah-langkah kecil, perubahan besar dapat tercipta dalam menciptakan lingkungan yang lebih baik.
Salsabilla berharap inisiatif seperti ini dapat terus berlanjut dan diterapkan di lebih banyak tempat, sehingga semakin banyak masyarakat yang memahami pentingnya hunian sehat. Sebagai mahasiswa arsitektur, ia merasa bangga bisa menerapkan ilmu yang dipelajari di bangku kuliah untuk membantu masyarakat secara langsung.
Penulis: Salsabilla, Jurusan Teknik Infrastruktur Sipil dan Perancangan Infrastruktur, Sekolah Vokasi, Universitas Diponegoro.