JATENGKU.COM, SEMARANG – Sampah plastik masih menjadi tantangan besar dalam upaya pelestarian lingkungan. Tidak hanya di kawasan pemukiman atau kota besar, tetapi juga di lingkungan akademik seperti Universitas Diponegoro (UNDIP), masalah ini semakin menuntut perhatian serius. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di lapangan, Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) UNDIP kini menghadapi lonjakan volume sampah plastik yang signifikan, yang utamanya disebabkan oleh padatnya aktivitas kampus, mulai dari kegiatan perkuliahan, penelitian, hingga berbagai aktivitas kemahasiswaan.
Meskipun pihak kampus telah mengimplementasikan beberapa sistem pengelolaan sampah, seperti bank sampah dan ecobrick, kenyataannya sistem ini belum mampu mengelola semua jenis limbah plastik secara menyeluruh. Banyak plastik jenis multilayer dan plastik dengan kontaminasi tinggi yang tidak terproses secara optimal. Akibatnya, sebagian besar sampah plastik masih berakhir di tempat pembuangan akhir atau menjadi limbah terbuka yang mencemari lingkungan sekitar. Ini menjadi tantangan besar yang membutuhkan solusi nyata dan inovatif.
Menjawab persoalan tersebut, Rizky Kurniawan, mahasiswa Fakultas Teknik UNDIP, bersama timnya, menghadirkan sebuah inovasi kreatif dalam program pengolahan sampah plastik menjadi ecobrick paving block. Inovasi ini tidak hanya menjadi solusi atas masalah sampah plastik, tetapi juga berkontribusi dalam menciptakan produk konstruksi yang ramah lingkungan, bernilai ekonomis, dan memiliki manfaat jangka panjang.
“Kami melihat potensi besar dari sampah plastik yang selama ini belum terkelola maksimal. Dengan memanfaatkan limbah tersebut menjadi paving block, kami berharap dapat menciptakan produk yang bernilai guna dan ramah lingkungan,” ungkap Rizky dalam kegiatan programnya.
Ecobrick paving block adalah produk konstruksi yang terbuat dari campuran 60% sampah plastik bersih, 30% pasir, dan 10% oli bekas. Proses pembuatannya dimulai dari pemilahan dan pembersihan plastik, pemanasan oli hingga mendidih, pencampuran plastik hingga mencair, dan kemudian ditambahkan pasir sebelum dicetak dalam cetakan paving block. Produk hasil olahan ini memiliki daya tahan dan kualitas yang tidak kalah dari paving block konvensional. Berdasarkan referensi dari artikel ilmiah, paving block berbahan dasar plastik ini mampu mencapai kekuatan tekan 49,45 MPa, kekuatan lentur 2,82 MPa, dan daya tahan penggunaan selama 2–3 tahun, sehingga layak digolongkan dalam Mutu A sesuai dengan standar SNI 03-0691 (1996).
Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini tidak hanya berfokus pada produksi, tetapi juga mengedepankan edukasi. Metode yang digunakan meliputi sosialisasi dan edukasi tentang pemilahan sampah, penjelasan teknis proses pembuatan paving block, serta demonstrasi langsung pembuatan produk. Kegiatan ini menyasar tiga kelompok utama: mahasiswa UNDIP, pengelola TPST, dan masyarakat sekitar kampus. Melalui pendekatan ini, diharapkan terjadi peningkatan kesadaran dan keterlibatan aktif dari seluruh elemen dalam pengelolaan limbah plastik.
Sebagai hasil kegiatan, tim menghasilkan beberapa luaran penting: Produk fisik berupa paving block dari sampah plastik, Infografis edukatif tentang proses pembuatan paving block, serta Tutorial video yang dapat diakses secara daring melalui tautan:
“Dengan inovasi ini, kami ingin menunjukkan bahwa pengelolaan sampah bisa menjadi sesuatu yang produktif dan bernilai ekonomi. Harapannya, ini bisa menjadi contoh bagi pengembangan teknologi pengolahan limbah di lingkungan kampus maupun masyarakat luas,” tutup Rizky.
Melalui inisiatif ini, Rizky dan tim tidak hanya menawarkan solusi atas permasalahan lingkungan, tetapi juga menunjukkan bahwa pendekatan kolaboratif, edukatif, dan inovatif adalah kunci dalam menciptakan perubahan nyata. Inovasi paving block dari sampah plastik diharapkan menjadi pemicu munculnya ide-ide baru dan implementasi nyata dalam pengelolaan sampah di masa mendatang, serta memperkuat komitmen Universitas Diponegoro sebagai kampus berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.