JATENGKU.COM, PURWOKERTO — Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme yang membuat kadar gula dalam darah seseorang terlalu tinggi pada waktu yang lama. Ini terjadi karena satu dari dua masalah utama: baik tubuh ketika tidak bisa memproduksi hormon insulin (Tipe 1, akibat serangan autoimun), atau sel-sel tubuh yang mengabaikan sinyal insulin sehingga tidak bisa menyerap gula (Tipe 2, akibat resistensi insulin).
Gejalanya sering berupa “3P”: sering haus (polidipsi), sering lapar (polifagi), dan sering buang air kecil (poliuri), disertai kelelahan dan penurunan berat badan.
Solusi Potensial: “Terapi Bebas Sel”
Bagi penderita DM Tipe 2, para peneliti tengah mlakukan pendekatan baru yang disebut terapi secretome. Ini merupakan “terapi bebas sel” yang tidak menyuntikkan sel hidup sel punca (Stem Cell) itu sendiri, melainkan memanfaatkan “hasil buangan dari sel punca” yang memiliki zat penyembuh yang diproduksi oleh Sel Punca Mesenkimal (MSC).
Molekul bioaktif ini yang disebut secretome diyakini dapat membantu memprogram ulang proses biologis tubuh. Tujuannya bukan hanya menurunkan gula darah untuk sementara, tetapi memperbaiki akar masalahnya yaitu sensitivitas insulin.
Bagaimana Secretome dapat Membantu?
Terapi secretome diharapkan dapat memutus rantaian resistensi insulin. Manfaat utamanya adalah:
- Meningkatkan Sensitivitas Insulin: Membantu sel-sel tubuh agar kembali “mendengarkan” sinyal insulin.
- Mengurangi Peradangan: pada kondisi resistensi insulin erat kaitannya dengan peradangan kronis pada tingkat seluler. Secretome diduga kuat memiliki sifat anti inflamasi yang dapat meredakan peradangan.
- Memperbaiki Penggunaan Glukosa: Dengan sel yang lebih responsif, glukosa dari darah dapat diserap dan digunakan secara lebih efisien oleh jaringan tubuh.
- Mendukung Fungsi Pankreas: Ada potensi bahwa secretome dapat membantu memperbaiki fungsi sel beta pankreas yang kelelahan.
Proses dan Bukti Awal
Proses untuk mendapatkan secretome ini cukup canggih. Pertama, dokter mengambil MSC (biasanya dari lemak tubuh atau darah tali pusat). Sel-sel ini lalu dibiakkan di laboratorium. Saat tumbuh, mereka melepaskan secretome ke dalam medium kultur. Cairan kaya faktor bioaktif inilah yang kemudian dipanen, dimurnikan, dan diberikan kepada pasien, umumnya melalui infus.
Dua penelitian awal telah menunjukkan hasil yang menjanjikan:
- Sebuah studi yang dipimpin Marlina pada hewan coba menemukan bahwa secretome dari sel punca lemak (adipose) berhasil meningkatkan sensitivitas insulin.
- Penelitian lain dari Melly Susanti menunjukkan bahwa secretome dari sel punca darah tali pusat (HUCB) dapat “membangunkan” sel-sel perbaikan pembuluh darah (EPCs), mendorong mereka untuk bergerak aktif memperbaiki kerusakan bahkan di lingkungan tinggi gula.
Jalan Masih Panjang
Penting untuk diingat bahwa terapi secretome untuk diabetes masih dalam tahap penelitian. Diperlukan lebih banyak studi klinis untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya pada manusia. Siapa pun yang mempertimbangkan terapi regeneratif harus mendiskusikannya secara mendalam dengan dokter ahli.
Sumber Referensi:
- Wang, M.-Y., Zhou, Y., Lai, G.-S., Huang, Q., Cai, W.-Q., Han, Z.-W., Wang, Y., & Ma, Z. (2021). DNA barcode to trace the development and differentiation of cord blood stem cells. Molecular Medicine Reports, 24(6), 849. https://doi.org/10.3892/mmr.2021.12489
- Trzyna, A., Banaś-Ząbczyk, A., Widera, D., Ong, W. K., & Sheard, J. (2021). Adipose-derived stem cells secretome and its potential application in “stem cell-free therapy”. Biomolecules, 11(6), 878. https://doi.org/10.3390/biom11060878
- Universitas Airlangga. (2020, December 20). Sekretom Stem Cell mesenkimal darah tali pusat meningkatkan migrasi endothelial progenitor cell pada kondisi glukosa tinggi. Universitas Airlangga Official Website. https://www.phcogj.com/article/1178
- Khandia, R., Gurjar, P., Priyanka, Romashchenko, V., Al-Hussain, S. A., & Zaki, M. E. A. (2024). Recent advances in stem cell therapy: Efficacy, ethics, safety concerns, and future directions focusing on neurodegenerative disorders—a review. International Journal of Surgery, 110(10), 6367–6381. https://doi.org/10.1097/JS9.0000000000001609
Penulis: Muh. Asrun Putra Sahabuddin, Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Jendral Soedirman






