JATENGKU.COM, SURABAYA — Peningkatan layanan dasar kesehatan sangat dibutuhkan sebagai fondasi utama pembangunan bangsa. Namun, upaya peningkatan layanan kesehatan tidak hanya dilihat dari kecanggihan alat maupun kecukupan sumber daya medis, tetapi juga komunikasi antara dokter dan pasien. Hal ini membuktikan bahwa komunikasi efektif sangat berperan penting dalam membangun relasi baik antara dokter dan pasien di era digital.
Perkembangan teknologi membawa tantangan baru dalam menjalin hubungan antara dokter dan pasien. Di tengah pesatnya arus informasi digital, komunikasi efektif menjadi fondasi utama untuk memastikan layanan kesehatan berjalan optimal, terutama bagi pasien dengan penyakit kronis, melalui penyampaian informasi yang dapat membangun pemahaman bersama antara dokter dan pasien.
Berdasarkan observasi dan wawancara dengan dokter spesialis ilmu penyakit dalam, kasus penyakit dalam yang paling sering ditemui adalah diabetes melitus. Penyakit ini membutuhkan kepatuhan pasien dalam menjalani kontrol jangka panjang dan dalam pengobatan. Namun, tingkat kepatuhan pasien masih menjadi hambatan besar dalam memberikan perawatan kepada pasien.
Dokter tersebut menyampaikan, “Tantangan yang paling agak sulit adalah tingkat kepatuhan pasien. Karena tentu tingkat pengetahuan pasien berbeda-beda, tingkat pendidikan berbeda-beda, terus tingkat kemauan untuk sembuh juga berbeda-beda.”
Selain itu, seorang dokter kerap menghadapi konflik dengan pasien atau keluarga pasien terkait pengobatan yang diberikan. Kecenderungan pasien mencari informasi secara mandiri melalui internet dan kecanggihan Artificial Intelligence (AI) berdampak pada kepercayaan terhadap keputusan dokter. Terkait perubahan tren tersebut, banyak pasien yang terlebih dahulu mengecek gejala penyakit yang mereka alami sebelum bertanya ke dokter. Hal ini menuntut dokter untuk terus beradaptasi tidak hanya secara ilmiah, tetapi juga kemampuan berkomunikasi untuk dapat meyakinkan pasien.
Penulis meyakini bahwa masa depan layanan kesehatan Indonesia sangat ditentukan oleh kemampuan tidak hanya dokter, tetapi juga tenaga medis, untuk terus belajar, beradaptasi, serta membangun komunikasi efektif dengan pasien. Transformasi teknologi seharusnya dipandang sebagai peluang untuk memperkuat mutu pelayanan, bukan sekadar tantangan. Penulis berharap agar para calon tenaga kesehatan untuk berkomitmen dalam memberikan pelayanan medis yang terbaik agar pasien merasakan manfaat yang optimal, sekaligus memastikan kesehatan masyarakat Indonesia tetap terjaga di tengah dinamika perubahan zaman.
Penulis: Deva Sabina Wardhana








