JATENGKU.COM, DEMAK – Tiga desa pesisir di Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak (Purworejo, Morodemak, dan Margolinduk) menjadi lokasi pertama dan satu-satunya dari lebih dari 8.000 desa di Jawa Tengah yang berhasil mengimplementasikan program Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) secara menyeluruh dan terstruktur dan didukung Bimtek dari Dinkop di Jawa Tengah.

Kegiatan ini merupakan hasil kerja kolaboratif mahasiswa Universitas Diponegoro (UNDIP) dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kelompok 18 IDBU bersama Dinas Koperasi dan Dinkop Provinsi Jawa Tengah.

Program KDMP ini dirancang untuk menjadikan koperasi desa sebagai motor penggerak ekonomi lokal berbasis potensi wilayah. Tim KKN UNDIP bersama mitra desa menyusun fondasi kelembagaan koperasi, sekaligus merancang dan mempersiapkan operasional 21 unit usaha koperasi.

Usaha yang dikembangkan mencakup sektor air bersih, layanan kesehatan desa (apotek), pengolahan hasil laut (rumput laut dan ikan), energi (elpiji), serta jasa dan retail (percetakan, fotokopi). Seluruh unit usaha ini dirancang berdasarkan hasil survei kebutuhan masyarakat dan pemetaan potensi desa.

“Kami mengibaratkan koperasi ini seperti holding company yang memiliki tujuh anak usaha. Hal ini membuat kami belajar banyak mengenai sistem manajemen multi-unit, strategi pertumbuhan, dan koordinasi lintas stakeholder,” ujar Alwan Haris Farrasi, Ketua Tim KKN UNDIP Kelompok 18 IDBU.

Seluruh koperasi dirancang untuk mengajukan pembiayaan sebesar Rp3 miliar per koperasi (total Rp9 miliar untuk tiga koperasi), dengan sasaran pendanaan dari bank Himbara seperti Bank Jateng, serta potensi dukungan dari BUMN seperti PLN dan Pelindo. Salah satu koperasi, yakni di Desa Purworejo, telah menyelesaikan proses legalisasi dan tercatat resmi sebagai koperasi aktif di Kabupaten Demak.

Untuk memastikan koperasi berjalan secara efisien dan transparan, tim juga mengembangkan sistem keuangan dan administrasi koperasi berbasis digital.

Dokumen yang disiapkan meliputi 16 buku administrasi koperasi, modul operasional, SOP digital, dan template pembukuan berbasis Excel dan Google Workspace yang mudah digunakan bahkan dari masyarakat desa sendiri. Selain itu, tim KKN juga merancang branding koperasi termasuk plang fisik dan media sosial bahkan denah bangunan.

“Harapannya semua koperasi bisa langsung beroperasi dengan standar yang seragam dan terdokumentasi, tanpa harus memulai dari nol,” tambah Haris.

Alwan Haris Farrasi bersama tim KKN UNDIP, peserta bimtek, dan perwakilan desa dalam sesi pelatihan Koperasi Merah Putih di Balai Desa Mangunjiwan, Demak (10/6/2025).

Selama dua bulan masa pelaksanaan KKN, dari 26 Maret hingga 30 Juni 2025, tim yang terdiri dari 27 mahasiswa secara konsisten melakukan perjalanan pulang-pergi dari Tembalang ke Kecamatan Bonang setiap akhir pekan. Jarak tempuh sekitar 88 kilometer ini tidak mengurangi intensitas keterlibatan tim dalam setiap proses lapangan mulai dari survei rumah tangga, validasi data UMKM, hingga diskusi teknis dengan perangkat desa dan dinas terkait.

Sebagai bagian dari proses penyiapan kelembagaan, Bimbingan Teknis (Bimtek) juga digelar pada 10–11 Juni 2025 di Balai Desa Mangunjiwan. Acara ini menjadi validasi bahwa tiga desa di Bonang adalah pelaksana pertama dan paling siap dari program KDMP di antara lebih dari 8.000 koperasi di Jawa Tengah yang mewakili sekitar 10% dari total lebih dari 80.000 koperasi baru di seluruh Indonesia.

Alwan Haris Farrasi bersama tim KKN UNDIP setelah perpisahan dan penyerahan perlengkapan Koperasi Merah Putih 3 desa (25/6/2025).

Haris menambahkan bahwa keberhasilan ini tidak mungkin dicapai tanpa dukungan dari seluruh stakeholder seperti pemerintah desa, akademisi, dinas provinsi, dan masyarakat. Namun yang terpenting, timnya menyadari bahwa program ini bukan hanya bentuk pengabdian kampus, tapi juga pengalaman strategis dalam membangun sistem ekonomi lokal yang berbasis data dan kolaborasi nyata.

“Kami harap koperasi ini dapat menjadi model replikasi yang bisa digunakan desa-desa lain di Indonesia. Tapi yang lebih penting, ini menjadi ruang belajar kami ber 27 mahasiswa untuk memahami bagaimana membangun sistem dari bawah dengan pendekatan praktis dan terintegrasi,” tutup Haris.

Editor: Handayat