JATENGKU.COM, KLATEN — Seorang mahasiswa Teknik Elektro dari Universitas Diponegoro (UNDIP) yang tergabung dalam Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tim I tahun 2025, Ferrel Gamma Putranto, berhasil menerapkan sebuah inovasi yang memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.
Dalam program pengabdiannya, Ferrel melakukan kegiatan pembuatan dan pengedukasian tentang alternatif alat pembasmi nyamuk yang merupakan salah satu program monodisiplin dalam kegiatan KKN.
Nyamuk sering kali dikaitkan dengan penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Penyakit ini dapat menimbulkan berbagai gejala, seperti demam tinggi, mual hingga muntah, serta munculnya ruam kemerahan pada kulit, yang biasanya terjadi dalam rentang waktu 2 hingga 5 hari setelah demam pertama kali muncul.
Nyamuk cenderung mencari tempat yang lembap dan tergenang air untuk berkembang biak. Mereka sering ditemukan di tempat penampungan air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti drum, bak mandi, dan ember.
Selain itu, nyamuk juga dapat berkembang biak di area penampungan air yang tidak digunakan untuk konsumsi langsung, seperti saluran pembuangan air yang tersumbat, talang air yang penuh dengan kotoran, serta barang-barang bekas yang dibiarkan menumpuk dan mengandung air.
Lingkungan-lingkungan ini menjadi tempat yang ideal bagi nyamuk untuk bertelur, karena air yang tergenang menyediakan tempat yang aman bagi larva untuk berkembang.
Oleh karena itu, menjaga kebersihan dan memastikan tidak ada genangan air di sekitar rumah sangat penting dalam upaya mengurangi populasi nyamuk dan mencegah penyebaran penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, seperti DBD.
Di Desa Jogoprayan, kasus DBD masih menjadi perhatian, sebagaimana dilaporkan oleh Kader Kesehatan setempat. Mengingat ancaman penyakit ini, diperlukan upaya pencegahan yang lebih efektif untuk mengurangi risiko penyebarannya.
Saat ini, telah dilakukan pemeriksaan jentik nyamuk secara berkala sebagai bagian dari program pencegahan di desa tersebut. Namun, selain metode tersebut, penerapan solusi tambahan seperti pembuatan alat perangkap nyamuk sederhana juga dapat menjadi langkah preventif yang efektif dalam menekan populasi nyamuk dan meminimalkan risiko penularan DBD di lingkungan masyarakat.

Alat perangkap nyamuk ini dirancang menggunakan bahan-bahan sederhana dan mudah didapat, seperti lampu LED UV, baterai isi ulang, kawat setrum, serta saklar. Selain itu, biaya pembuatannya cukup terjangkau, sehingga siapa pun dapat membuatnya sendiri dengan mudah.
Mekanisme ini memanfaatkan daya tarik cahaya dari lampu LED UV, yang secara alami menarik perhatian nyamuk dan membuatnya terperangkap di dalam wadah.
Prinsip kerja lampu perangkap nyamuk ini sangat sederhana dan efisien. Ketika alat ini dihubungkan ke sumber listrik, seperti jaringan listrik atau baterai, lampu UV akan menyala dan mulai memancarkan cahaya yang menarik perhatian nyamuk.
Selain itu, jaring-jaring pembatas yang terpasang pada perangkap ini akan dialiri oleh arus listrik kecil dengan tegangan tinggi. Arus ini berfungsi untuk menyalurkan energi yang cukup untuk menjebak nyamuk yang mendekat, sehingga serangga akan terperangkap dalam perangkap dan tidak dapat keluar.
Proses ini memanfaatkan kombinasi cahaya UV untuk menarik serangga dan arus listrik untuk memastikan bahwa mereka tetap terperangkap, memberikan solusi yang efektif untuk mengurangi populasi nyamuk di sekitar lingkungan.
Program ini mendapat respon yang sangat positif dari warga setempat, karena dinilai efektif dalam mencegah berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti, yang merupakan penyebab utama penyakit DBD.
Selain itu, program ini juga berhasil membentuk kebiasaan baru di kalangan warga untuk lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan sekitar, baik di rumah maupun di area umum. Dengan adanya alat ini, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan dan mengurangi potensi penyebaran penyakit yang ditularkan oleh nyamuk.
“Saya sekarang menjadi lebih paham pentingnya menjaga kebersihan untuk menghindari penyakit dan alat ini sangat membantu untuk memberantas nyamuk yang sedang marak terjadi di desa ini” ujar Bu Sutiyem. Prototipe alat perangkap nyamuk yang dikembangkan juga diharapkan menjadi contoh atau model yang dapat diterapkan lebih luas, bukan hanya di Desa Jogoprayan, tetapi juga di desa-desa lain sebagai langkah pencegahan yang praktis dan efisien untuk menjaga kesehatan masyarakat.