JATENGKU.COM, DEMAK — Wisata pantai di Desa Tambakbulusan, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Demak, pernah menjadi salah satu tujuan favorit wisatawan, terutama di kawasan wisata Pantai Glagah Wangi Istambul (Istana Tambakbulusan). Sebelum pandemi COVID-19, kawasan ini ramai dikunjungi wisatawan karena keindahan alam pesisirnya yang khas dan nilai edukatif dari kawasan mangrove di sekitarnya.

Namun, sejak pandemi melanda, jumlah kunjungan wisatawan menurun drastis, meninggalkan tantangan besar dalam upaya pemulihan dan pengelolaan wilayah pesisir tersebut.

Sebagai bentuk kontribusi terhadap pengembangan dan perlindungan kawasan pesisir, sekelompok mahasiswa dari Universitas Diponegoro yang tergabung dalam KKN Tematik SDGs Tim 35 – Universitas Diponegoro melakukan program penyusunan peta model kecepatan arus dan tinggi gelombang laut di wilayah pesisir Desa Tambakbulusan.

Program ini dilatarbelakangi oleh permasalahan abrasi yang semakin mengkhawatirkan di wilayah pesisir Pantai Glagah Wangi dan perlunya dukungan penelitian ilmiah dalam pengelolaan kawasan wisata serta ekosistem pantai.

Melalui pendekatan pemodelan numerik, mahasiswa KKN melakukan simulasi arus laut dan gelombang untuk menghasilkan peta yang menggambarkan pola pergerakan air laut serta ketinggian gelombang di sekitar kawasan wisata. Informasi ini sangat penting dalam merancang strategi mitigasi abrasi dan pengembangan pariwisata di Desa Tambakbulusan.

Dalam pelaksanaan kegiatan ini, salah satu perangkat desa Tambakbulusan dan pengelola wisata Istambul turut hadir dan memberikan sambutan positif. Mereka menyampaikan harapan agar peta hasil pemodelan ini dapat memberikan gambaran yang jelas terkait zona-zona rawan abrasi dan arah pergerakan arus laut, sehingga menjadi dasar dalam penataan fasilitas wisata dan perlindungan ekosistem mangrove.

“Kami sangat berterima kasih atas kontribusi dari adik-adik mahasiswa KKN UNDIP. Harapan kami, peta arus dan gelombang ini bisa menjadi acuan dalam merancang lokasi pembangunan fasilitas wisata yang aman dan tidak rawan abrasi, serta untuk merencanakan jalur wisata perahu yang lebih aman bagi pengunjung,” ujar salah satu pengelola wisata Istambul.

Kegiatan ini tidak hanya bersifat teknis, namun juga edukatif. Mahasiswa UNDIP turut menyampaikan penjelasan kepada pihak desa tentang pentingnya memahami dinamika arus dan gelombang, serta bagaimana hasil pemodelan ini bisa dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan di Desa Tambakbulusan.

Dengan adanya program ini, diharapkan pemerintah desa Tambakbulusan dan pengelola wisata Pantai Glagah Wangi semakin sadar akan pentingnya dukungan data ilmiah dalam pengembangan wilayah pesisir. Selain itu, program ini menjadi langkah kecil namun nyata dalam mendukung bangkitnya kembali pariwisata Desa Tambakbulusan pasca-pandemi.

Editor: Handayat