JATENGKU.COM, SRAGEN – merealisasikan Upaya peningkatan ekonomi masyarakat desa Tlogotirto, seorang mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas Diponegoro menjalankan program kerja monodisiplin dengan tema Edukasi FIFO LIFO terhadapa peluang pasar berdasarkan Infasi dan deflasi di bidang penyimpanan barang di gudang Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) dan KTW (Kelompok Tani Wanita)
Program ini bertujuan untuk memberikan Solusi usaha bagi Masyarakat sekaligus optimalisasi hasil pertanian lokal. Dalam dunia bisnis dan akuntansi, ada beberapa metode yang digunakan untuk mengelola persediaan dan penetapan harga produk. Metode-metode ini dapat memengaruhi laporan keuangan dan strategi pemasaran perusahaan. Kali ini, kita akan membahas tiga konsep utama: FIFO (First In, First Out), LIFO (Last In, First Out), dan Mark-up Pricing, serta bagaimana ketiganya mempengaruhi bisnis.
Mahasiswa KKN yang bernama Muhammad Irfan Fauzi, mengadakan kegiatan sosialisasi untuk mendukung proses penyimapanan barang gudang organisasi desa Gapoktan dan KTW.
FIFO (First In, First Out)
FIFO adalah metode pengelolaan persediaan yang mengasumsikan bahwa barang yang pertama kali masuk ke dalam stok adalah barang yang pertama kali dijual. Metode ini lebih banyak digunakan dalam industri yang menjual barang dengan masa simpan terbatas, seperti makanan dan obat-obatan, karena mencegah barang menjadi kedaluwarsa atau rusak.
Cara Kerja FIFO:
- Barang yang pertama kali dibeli atau diproduksi (misalnya, bahan baku) akan dijual atau digunakan terlebih dahulu.
- Dengan kata lain, perusahaan menjual barang yang lebih lama lebih dulu, menjaga agar stok barang tetap segar dan tidak menumpuk.
- Metode ini memberikan keuntungan ketika harga barang cenderung naik, karena barang yang lebih murah dijual lebih dulu, dan persediaan yang lebih mahal tetap ada di stok.
Dampak FIFO dalam Keuangan:
- Laporan Laba-Rugi: Dalam kondisi inflasi, FIFO akan menghasilkan laba lebih tinggi karena barang yang lebih murah dijual terlebih dahulu.
- Neraca Keuangan: Persediaan yang tercatat di neraca cenderung lebih mahal karena barang yang lebih baru yang belum terjual dihitung sebagai bagian dari persediaan.
LIFO (Last In, First Out)
LIFO adalah kebalikan dari FIFO, di mana barang yang terakhir masuk ke dalam stok dianggap sebagai barang pertama yang dijual. Metode ini sering digunakan oleh perusahaan yang menjual barang dengan masa simpan lebih lama atau tidak terpengaruh oleh perubahan harga yang cepat.
Cara Kerja LIFO:
- Barang yang terakhir dibeli atau diproduksi akan dijual lebih dulu, yang berarti barang lama akan tetap berada di dalam stok.
- Dalam kondisi inflasi, harga barang yang baru lebih mahal, sehingga ketika dijual lebih dulu, perusahaan akan mencatatkan biaya barang yang lebih tinggi dan mendapatkan keuntungan yang lebih rendah.
Dampak LIFO dalam Keuangan:
- Laporan Laba-Rugi: Dalam periode inflasi, LIFO dapat menghasilkan laba yang lebih rendah karena biaya barang yang lebih baru, yang lebih mahal, lebih dahulu dibebankan ke laporan laba-rugi.
- Neraca Keuangan: Persediaan yang tercatat di neraca cenderung lebih rendah, karena barang lama yang lebih murah tetap berada di stok.
Namun, perlu dicatat bahwa LIFO tidak diperbolehkan dalam beberapa standar akuntansi internasional (IFRS), meskipun masih digunakan oleh banyak perusahaan di Amerika Serikat berdasarkan GAAP (Generally Accepted Accounting Principles).
Mark-up Pricing
Mark-up pricing adalah strategi penetapan harga di mana perusahaan menambahkan persentase tertentu (mark-up) dari biaya produk untuk menentukan harga jual. Mark-up ini adalah biaya tambahan yang dikenakan untuk mendapatkan keuntungan dari penjualan produk.
Cara Kerja Mark-up Pricing:
- Penetapan Harga Berdasarkan Biaya: Misalnya, jika biaya pembuatan suatu produk adalah Rp 50.000, dan perusahaan menetapkan mark-up 30%, maka harga jual produk tersebut adalah Rp 65.000.
- Perhitungan Mark-up: Mark-up biasanya dihitung dari biaya pokok produk (cost of goods sold), bukan harga jual. Ini membuat mark-up menjadi salah satu metode yang paling langsung untuk menghitung harga jual.
Contoh:
Jika biaya produksi suatu barang adalah Rp 100.000 dan perusahaan ingin memperoleh keuntungan 40%, maka harga jual produk tersebut dihitung dengan cara:
- Harga Jual = Biaya Pokok + (Biaya Pokok × Mark-up)
- Harga Jual = Rp 100.000 + (Rp 100.000 × 40%) = Rp 140.000
Dampak Mark-up Pricing:
- Keuntungan Perusahaan: Dengan mark-up pricing, perusahaan dapat dengan mudah menentukan berapa banyak keuntungan yang ingin dicapai dari penjualan produk.
- Fleksibilitas Penetapan Harga: Perusahaan dapat menyesuaikan persentase mark-up sesuai dengan biaya yang dikeluarkan dan target margin keuntungan yang diinginkan.
Namun, dalam penggunaan mark-up pricing, perusahaan perlu memastikan bahwa harga jual tidak terlalu tinggi sehingga membebani pelanggan, atau terlalu rendah hingga merugikan perusahaan.
Perbandingan FIFO, LIFO, dan Mark-up Pricing
- FIFO dan LIFO dalam Pengelolaan Persediaan:
- FIFO lebih cocok untuk barang yang mudah rusak atau memiliki masa simpan terbatas, sedangkan LIFO lebih cocok untuk barang yang tidak terpengaruh oleh waktu atau harga.
- FIFO menghasilkan laba lebih tinggi dalam kondisi inflasi, sementara LIFO menghasilkan laba yang lebih rendah di waktu yang sama.
- Mark-up Pricing dalam Penetapan Harga:
- Mark-up pricing adalah metode sederhana dan langsung untuk menentukan harga jual berdasarkan biaya produk, tetapi dapat menyebabkan kesulitan dalam penetapan harga jika biaya produk berfluktuasi

Program ini mendapat respons bagus dan warga sangat setuju dengan program ini, karena melihat program ini sangat cocok dengan kebutuhan mereka saat ini.
Dengan adanya inovasi ini, diharapkan Masyarakat Desa Tlogotirto dapat semakin berkembang usaha mereka khususnya pertanian Gapoktan dan KTW desa Tlogotirto.
Mahasiswa KKN berharap program ini tidak hanya berhenti pada tahap pelatihan saja, tetapi dapat terus berlanjut dan dengan dukungan dari berbagai pihak, seperti pemerintahan desa dan kelompok usaha lokal. Dengan demikian, Gapoktan dan KTW desa Tlogotirto dapat menjadi salah satu sektor unggulan dalam menggerkkan roda perekonomian desa.
Berikut adalah beberapa tambahan materi pada sosialisasi yang telah berlangsung:
Reporter: Muhammad Irfan Fauzi
Reviewer: Jazimatul Husna S.IP., M.IP.