JATENGKU.COM — Jika kamu pernah melihat anakmu yang malu untuk bergabung bermain dengan teman-temannya atau anakmu yang menangis dan mengatakan bahwa ia takut untuk melakukan pentas di depan banyak orang. Maka, kemungkinan besar “tangki cinta” anakmu tidak terpenuhi.
Rasa takut, rendah diri, dan ketidakberanian menerima tantangan bukan muncul karena ia tidak mampu. Akan tetapi, di dalam dirinya, belum ada rasa percaya bahwa dirinya bisa. Anak belum merasa yakin dan berani bahwa suatu hal yang ia lakukan akan diterima dan mendapatkan apresiasi.
Padahal, rasa yakin dan berani itu tumbuh dari kata-kata yang ia dengar setiap harinya. Tidak harus pujian besar dan hadiah yang mahal, tapi bisa dengan pengakuan-pengakuan atas hal kecil yang berhasil ia lakukan.
“Tangki cinta” yang terlihat sepele dan sering diabaikan: Word of Affirmation. Banyak orang tua tidak sadar bahwa ucapan sehari-hari akan membentuk cara anak memandang dirinya. Tanpa adanya kata-kata yang membangun, anak akan kehilangan arah dan keyakinan pada dirinya sendiri.
Untuk lebih memahami mengapa kata-kata memiliki kekuatan yang besar, kita bisa melihat satu konsep penting dalam pengasuhan: Word of Affirmation, atau afirmasi sebagai bahasa cinta.
Apa itu “Word of Affirmation”
Word of affirmation adalah salah satu dari lima bahasa cinta yang ada pada buku dengan judul The 5 Love Languages of Childern, oleh Gary Chapman, Ph.D & Ross Campbell, M.D. Bahasa cinta ini menekankan kepada bagaimana anak merasa dicintai dan dihargai melalui kata-kata positif, apresiasi, hingga validasi atas apa yang mereka rasakan.
Sejak awal kehidupan, orang tua terus berbicara kepada bayi mereka. Meski bayi belum memahami arti dari kata-kata yang disampaikan, tapi mereka bisa merasakan rasa sayang melalui nada suara yang penuh kasih, ekspresi wajah yang lembut, dan kehangatan emosional yang mengalir dari setiap interaksi.
Dalam menyampaikan rasa cinta, kata-kata punya kekuatan yang luar biasa. Ucapan penuh kasih dan sayang, kata-kata pujian, semangat, kalimat pengakuan, serta nasihat positif di sepanjang proses tumbuh kembang anak, semuanya membawa pesan: “Mama dan papa selalu peduli sama kamu.”
Walaupun kata-kata afirmasi yang sering terucap singkat, tetapi ia bagaikan sebuah benih yang perlahan tumbuh menjadi pohon—semakin lama, semakin kuat. Kata-kata yang penuh dengan cinta kasih ini akan tinggal lama di hati anak, menjadi bagian dari rasa percaya dirinya, bahkan hingga ia dewasa.
Maka dari itu, sampaikan sesuatu yang baik. Pikirkan kembali sebelum melontarkan kata-kata tajam dengan nada tinggi karena rasa emosi.
Dampak Word of Affirmation terhadap perkembangan psikologis anak
Kata-kata kasih sayang yang orang tua sampaikan bukan hanya sekedar ucapan manis. Kata-kata memiliki kekuatan yang dapat membentuk fondasi kuat bagi perkembangan emosional dan sosial anak di masa depan. Kata-kata positif berperan penting dalam proses pengasuhan, yang didukung oleh berbagai teori psikologi yang menjelaskan bagaimana kebutuhan emosional anak terbentuk. Salah satunya adalah teori Hierarchy of Needs milik Abraham Maslow.
Dalam teori Hierarchy of Needs milik Abraham Maslow, kebutuhan akan rasa dihargai (esteem needs) berada di tingkat atas setelah kebutuhan akan rasa aman dan cinta (belongingness and love needs). Artinya, kebutuhan anak untuk merasa dihargai, diakui, dan dipercaya tidak bisa dipenuhi jika kebutuhan akan rasa cinta dari keluarga tidak terlebih dahulu terpenuhi. Anak yang tidak mendapatkan kasih sayang dan penerimaan dari lingkungannya, terutama orang tua—akan sulit untuk membangun rasa percaya diri, sehingga anak bisa merasa terabaikan, rendah diri hingga kesepian.
Namun sebaliknya, ketika anak terpenuhi dengan cinta tulus yang diberikan oleh orang tua dengan bentuk perhatian, kehadiran hingga kata-kata yang menenangkan. Dalam kondisi ini, kebutuhan akan penghargaan diri (esteem needs) mulai terisi. Anak akan menjadi lebih percaya diri, berani mencoba hal-hal baru, serta memiliki keyakinan atas dirinya sendiri.
Pada hal ini, word of affirmation berperan sebagai jembatan penghantar antara kebutuhan akan cinta dan penghargaan diri. Ucapan yang disampaikan seperti, “Mama percaya kamu bisa,” atau “Terima kasih sudah berani mencoba,” terdengar sederhana, namun memiliki dampak yang luar biasa.
Selain pada teori milik Maslow, terdapat konsep kelekatan yang juga menjadi dasar penting dalam menjelaskan dampak kata-kata terhadap perkembangan anak. Melalui teori milik John Bowlby, Attachment Theory, yang menyatakan bahwa hubungan emosional yang kuat antara anak dan pengasuh (orang tua) adalah dasar dari perkembangan psikologis yang sehat pada anak. Bowlby menyampaikan, anak yang memiliki secure attachment—atau ikatan emosional yang aman, akan membantu anak lebih mudah dalam membangun kepercayaan diri dan rasa aman untuk mengeksplorasi pengalaman baru.
Dalam teori ini, word of affirmation memiliki peran untuk menciptakan kelekatan yang memberikan rasa aman melalui respon verbal yang penuh kasih dan dukungan. Ketika orang tua memberikan apresiasi atas hal-hal yang berhasil dilakukan anak atau memberikan kata yang menenangkan ketika anak merasa sedih, hal ini akan membuat anak merasa perasaannya diterima, setiap keberhasilannya diakui, dan dirinya dihargai. Dari pengalaman inilah anak membentuk kepercayaan bahwa dirinya layak untuk dicintai.
Sebagai contoh, ketika seorang anak merasa marah dan sedih karena tidak berhasil memenangkan suatu kejuaraan, kata-kata seperti, “Mama ngerti kalau kamu marah, tapi mama dan papa akan selalu bangga atas pencapaian apapun yang kamu lakukan,” selain menenangkan, kata-kata tersebut juga memperkuat kelekatan dan memberikan rasa aman pada anak. Respon yang diberikan oleh orang tua tersebut memberikan sinyal kepada anak bahwa tidak ada yang salah dari kegagalan, dan orang tua akan selalu memberikan dukungan, sehingga anak bisa lebih yakin pada dirinya sendiri.
Contoh Praktis Word of Affirmation dalam Kehidupan Sehari-hari
Afirmasi tidak terikat pada momen besar atau perayaan megah, melainkan hadir dalam kehangatan dan kesederhanaan pada kehidupan sehari-sehari. Kata-kata sederhana yang disampaikan dengan tulus bisa menjadi sumber kekuatan yang sangat berarti untuk anak. Di bawah ini beberapa contoh penerapan afirmasi yang bisa digunakan orang tua dalam berbagai situasi untuk membantu memenuhi tangki cinta pada anak.
- Contoh Afirmasi Saat Anak Sedih atau Kecewa
- “Kakak sedih ya? Tidak apa-apa kalau mau menangis. Nanti kalau sudah merasa lebih baik dan mau cerita, bisa ke Mama/ Papa.”
- “Mama dan papa ada disini, kakak tidak sendiri.”
- “Setiap hari adalah kesempatan baru, Mama dan papa akan selalu dukung kakak.”
- Contoh Afirmasi Saat Anak Mencoba Hal Baru
- “Hebat! Kerja bagus kak!”
- “Wah berani sekali anak mama dan papa!”
- “Mama dan papa bangga sekali lihat kakak berani mencoba.”
- Contoh Afirmasi yang Bisa Diberikan Kapan saja
- “Mama dan papa akan selalu sayang kakak, tanpa alasan apapun.”
- “Mama dan papa, senang sekali bisa bermain dengan kakak setiap hari.”
- “Kakak adalah anak yang kuat dan hebat, mama dan papa bersyukur punya kakak.”
Tidak semua anak perlu hadiah mewah untuk merasa dicintai—sebagian dari mereka merasa bahwa, satu kalimat penuh kasih yang hangat bisa menjadi sumber semangat yang sangat bermakna. Kalimat-kalimat itulah yang akan mereka bawa dalam hati, seumur hidup.
Penulis: Salsabila Karunia