JATENGKU.COM, SUKOHARJO – Air bersih merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kehidupan sehari-hari. Namun, masyarakat Desa Jangglengan, Kecamatan Nguter, telah lama menghadapi permasalahan kualitas air yang tinggi kandungan zat kapurnya. Zat kapur (CaCO₃) yang berlebih dalam air atau yang dikenal sebagai air keras (hard water) dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti gangguan pencernaan, penurunan daya serap nutrisi tubuh, hingga mengurangi efektivitas sabun dan deterjen.
Menanggapi permasalahan ini, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Diponegoro (UNDIP) mengadakan Pelatihan Pengecekan Zat Kapur pada Air dengan Metode Water Hardness Test pada tanggal 1 Februari 2025. Kegiatan ini bertujuan untuk membekali masyarakat dengan kemampuan menguji kualitas air secara mandiri, sehingga mereka dapat lebih sadar akan kualitas air yang mereka konsumsi dan mengambil langkah pencegahan yang diperlukan.
Pelatihan yang berlangsung di halaman rumah Kepala Desa Jangglengan ini diikuti oleh 37 peserta yang terdiri dari warga desa. Kegiatan diawali dengan sesi teori, di mana peserta diberikan pemahaman tentang konsep air keras, penyebabnya, serta dampaknya terhadap kesehatan dan penggunaan sehari-hari.
Narasumber menjelaskan bahwa air keras umumnya memiliki kandungan kalsium (Ca²⁺) dan magnesium (Mg²⁺) yang tinggi. Air dengan kandungan zat kapur lebih dari 50 ppm dinyatakan tidak layak untuk dikonsumsi secara langsung.
Setelah sesi teori, peserta diajak untuk melakukan uji coba menggunakan Water Hardness Test Kit. Sampel air yang diambil dari posko KKN Tim 1 dilakukan pengujian langsung menggunakan alat uji tersebut. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kandungan zat kapur pada air di Desa Jangglengan mencapai 90 ppm, yang berarti air tersebut tidak layak dikonsumsi tanpa proses penyaringan terlebih dahulu.

Dalam sesi praktik ini, peserta mendapatkan pelatihan tentang cara membaca hasil pengujian, serta langkah-langkah sederhana untuk mengatasi air keras, seperti penggunaan filter air dan sistem penjernihan berbasis karbon aktif.
Setelah praktik, peserta diberikan kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi. Banyak warga yang tertarik mengetahui solusi jangka panjang dalam mengatasi air keras di rumah tangga mereka. Beberapa pertanyaan yang muncul berkaitan dengan efektivitas filter air yang ada di pasaran serta metode tradisional dalam mengolah air menjadi lebih layak konsumsi.
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan melalui kuesioner, mayoritas peserta merasa lebih paham tentang konsep air keras dan cara mendeteksinya secara mandiri. Mereka juga menyatakan siap untuk melakukan pengecekan air secara berkala dan berbagi informasi dengan keluarga serta tetangga.
Kepala Desa Jangglengan, Bapak Sudarto, mengapresiasi inisiatif mahasiswa KKN UNDIP dalam memberikan edukasi yang sangat bermanfaat bagi warganya.
“Kami baru mengetahui bahwa air di desa ini memiliki kandungan kapur yang cukup tinggi. Kegiatan seperti ini sangat penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar lebih peduli terhadap kualitas air yang dikonsumsi setiap hari.” ujar beliau.
Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan masyarakat lebih peduli terhadap kualitas air yang mereka gunakan, serta memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengatasi permasalahan air keras. Ke depan, mahasiswa KKN UNDIP berencana untuk melakukan tindak lanjut, seperti:
- Penyediaan alat uji kekerasan air bagi masyarakat secara lebih luas.
- Edukasi tambahan mengenai teknologi penjernihan air yang lebih efektif dan ekonomis.
- Pendampingan dalam pemasangan sistem filterisasi air sederhana bagi warga yang membutuhkan.
Melalui pelatihan ini, mahasiswa KKN UNDIP berharap dapat memberikan dampak positif dan solusi nyata bagi masyarakat Desa Jangglengan dalam upaya meningkatkan kualitas air bersih mereka.